Nakula Sadewa
Cerita kelahiran para Pandhawa yang bersumber pada kitab Mahabharata,
pada bagian yang disebut Adiparwa menyebutkan bahwa anak Pandu yang
keempat, lahir dari Madri atau Madrim, bernama Nakula dan Sahadewa
(Adiparwa, 1906: 122).
Nama Nakula sering menjadi Sakula
(Sudamala : IV.19). Sahadewa menjadi Sadewa (Sudamala: I,99). Dalam
cerita Sudamala, Uma memberi nama Sadewa menjadi Sudamala setela ia
diruwat olehnya. (Sudamala: IV.72)
Ketika Pandhawa mengabdi ke
Wiratha, Nakula berganti nama Grantika , sedangkan Sadewa berganti nama
Tantripala (Wirataparwa , 1912: 11)
Dalam cerita Jawa baru Nakula sering disebut dengan nama Tangsen, sedangkan Sadewa dengan nama Pinten (Mayer, 1924 : 159)
Dalam cerita Sudamala, Sakula atau Nakula memperisteri Soka dan Sadewa
memperisteri Padapa, setelah Sadewa menyembuhkan Tambapetra ayah dua
perempuan itu (Sudamala: IV. 81).
Dalam cerita lakon Nakula Rabi,
Nakula memperisteri Dewi Suyati anak Prabu Kridhakerata raja Ngawuawu
Langit (Mangkunagara VII Jilid XXI. 1932: 3)
Dalam cerita Gembring Baring diceritakan Nakula beristeri Ganawati (Gembring Baring: XCVIII.20).
Dalam cerita lakon Sadewa Rabi, Sadewa memperisteri Dyah Dewarsini anak
Sang Badhawangan Nala yang bertempat di Toyawangi (Mangkunagara VII
Jilid XXI, 1932: 15)
Nakula dan Sadewa boleh dikata tidak banyak
diangkat dalam cerita sebagai tokoh utama.. mereka berdua lebih banyak
berkedudukkan sebagai tokoh penyerta yang selalu mengikuti Yudhisthira.
Seolah-olah mereka menjadi ajudan raja Ngamarta.
Rangkuman mengenai ketokohan Pandhawa
Budaya pewayangan tumbuh dan berkembang di masyarakat Jawa sejak abad
sepuluh, dan sekarang masih dicintai oleh masyarakat. Budaya pewayangan
yang didukung oleh karyasastra tulis berkembang lewat karya sastra Jawa
kuna, Jawa tengahan dan Jawa baru. Karyasastra tulis itu didukung oleh
pertumbuhan dan perkembangan cerita yang bersumber pada cerita Ramayana
dan Mahabarata.
Cerita yang bersumber pada kitab Mahabarata
(Mahabharata) menampilkan tokoh Pandhawa dan nenek moyangnya, serta
keturunannya. Cerita itu dikembangkan dengan mengangkat tokoh Pandhawa
(Yudhisthira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa) dan putra-putranya.
Kebanyakan cerita itu masih berpangkal pada sumber asli dan cerita baru
direka menurut tujuan penciptaan masing-masing cerita.
Karyasastra
Jawa kuna yang memuat cerita tokoh Pandhawa secara kelompok dan
perorangan yaitu: kitab-kitab parwa, Parthayajna, Arjunawiwaha,
Parthayana dan Bharatayudha. Yang berbahasa Jawa tengahan yaitu:
Nawaruci dan Sudamala. Karyasastra Jawa baru yang muncul dan bersumber
pada cerita lama, yaitu Mintaraga, Wiwaha Jarwa, Dewaruci, Bimasuci,
Bratayudha, Partakrama, Srikandhi Maguru Manah, Bagawan Senarodra.
Cerita yang didukung oleh karyasastra dalam bentuk cerita pakem balungan
(kerangka cerita dan menampilkan tokoh-tokoh Pandhawa dimuat dalam
Serat Padhalangan Ringgit Purwa , Serat Lampahan Ringgit Purwa dan Serat
Pakem Ringgit Purwa
Tokoh-tokoh Pandhawa diangkat untuk mencipta
cerita dengan menampilkan tokoh Pandhawa secara bersama dan secara
perorangan, disusun dalam cerita yang melibatkan tokoh Korawa,
Dwarawati, Mandura, Wiratha, raja sabrang dan Kahyangan.
R.S. Subalidinata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar